Kamis, 09 Januari 2014

KETIKA ORANG YANG KITA CINTAI TELAH MENGHILANG

Akhirnya sudah 10 bulan Vino jadian dengan Mura . Debar-debar bahagia di hati Vino menemaninya saat berangkat ke sekolah pagi itu. Ia tak sabar ingin segera bertemu dengan Vino
“Semoga saja Mura nggak lupa dengan hari speciall ini, karena gue sayang banget sama dia.” kata Vino sambil mnyemprotkan parfum yang super mahal dan super wangi dari Paris ke tubuhnya yang tinggi itu. Anehnya, Vino hanya memakai parfum itu saat ia ingin ketemu Mura. Kalau ditanya, paling alasannya sama, kalau itu parfum mahal yang hanya dipakai saat akan ketemu orang yang dicintainya. Jadi jangan tanya mengenai parfum itu ke Vino karena jawabannya akan tetap sama saja.
“Vino,,, kamu sarapan dulu yah sebelum berangkat ke sekolah…!” seru mama Vino mengingatkan.
“Ntar aku sarapan di kantin sekolah aja, Ma… Soalnya aku udah telat….” kata Vino sambil keluar dari dalam kamarnya.

“Ya udah,, kamu diantar supir aja biar cepat.”
“Nggak ah, Ma… Aku kan bukan anak kecil lagi yang mesti diantar jemput. Aku bisa bawa mobil sendiri kok.. Lagipula aku udah kelas 2 SMA loh,,, Mama nggak lupa kan.?” tanya Vino ngegodain mamanya.
“Mama nggak lupa kok, sayang. Sekarang kamu berangkat aja, ntar kamu telat...”
“Oke, Ma. Vino pergi dulu.” kata Vino sambil mencium tangan mamanya dan beranjak ke garasi mobil.
Vino yang baru saja mahir mengendarai mobil langsung tancap gas menuju sekolah. Ia benar-benar pengen ketemu Mura Hmm,, Mura emang pujaan hati Vino. Sebenarnya dari kelas 2 SMA Vino naksir berat samaMura , tapi baru bulan yang lalu keinginan Vino untuk bersama Mura terwujudkan.
Setiba di sekolah, Vino langsung menuju ke kelas Mura. Namun, belum sempat ia bertemu Mura, bel tanda masuk sudah berbunyi. Akhirnya ia menunda untuk bertemu dengan Mura hingga jam istirahat tiba.
**

“ Andre loe liat Mura nggak…?” tanya Vino kepada sahabatnya, saat jam istirahat.
“Nggak.. Dari tadi pagi gue nggak ngeliat batang hidungnya. Mungkin dia nggak masuk..” jawab Andre
“Aduhh,, dia kemana sih?”
“Emangnya loe ada perlu apa sama dia…? Tumben loe nyariin dia..” tnya Andre
“Nggak kok. Cuma pengen nanya sesuatu aja ke dia…”
Andre hanya manggut-manggut mendengar jawaban sahabatnya itu. Ya, mereka memang nggak tau hubungan antara Mura dan Vino, meskipun Andre adalah sahabat baik Vino. Sebenarnya Vino ingin memberi tahukan kepada sahabatnya. Tapi Vino nggak mau kalau hubungan mereka diketahui banyak orang. Vino bahkan nggak tahu alasan Mura sehingga menyembunyikan hubungan mereka dari sahabat sahabatnya. Ternyata Vino yang dikenal sebagai cowok yang cemplang cemplong bisa juga nyimpan rahasia pada sahabatnya hanya karena cinta dan sayangnya padam Mura.
“Aduhhh, Mura kemana sih?? BBM gue nggak dibalas, telfan juga nggak bisa. Ahhh,, bikin sebel” gerutu Vino saat tiba di rumah siang itu.
“Mura nggak biasanya kayak gini. Gue juga nggak ada masalah sama dia, tapi kenapa dia kayak gini…?” Pertanyaan itu selalu berdengung di benak Vino. Ia merasa heran dengan Mura yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar seperti ditelan bumi atau ditelan lautan atau..apalah. Yang pasti ia nggak bisa nemuin Mura dimana-mana. Pertemuannya dengan Mura hari itu batal total, dan perasaannya yang bahagia kini berubah menjadi kesal dan penuh pertanyaan kenapa, bagaimana, dan mengapa….??? Agghh, semuanya sama saja..
**
Keesokan harinya, Vino terbangun dengan lemas. Ia masih teringat dengan kejadian kemarin yang membuatnya sedikit pusing. Jam demi jam telah berlalu sangat cepat baginya, hingga ia hanya bisa melamun sendirian di kantin sekolah.
“Heyy Vin kok loe ngelamun aja…??” tanya Andre sambil memegangi bahu sahabatnya itu.
“Nggak apa-apa.. gue cuma lagi nggak enak badan aja..” jwb Vino
“Owh” sahabatnya hanya bisa bergumam nggak jelas.
“Andre loe liat Mura nggak….?” Tanya Vino dengan hati-hati dan sesekali menggigit bibir bawahnya.
“Hmm,, gue mulai curiga nih. Dari kemarin loe selalu nanyain keberadaan Mura . Jangan-jangan loe naksir Mura lagi…” sahabatnya mulai curiga dengan sikap
Vino yang agak berubah.
“Ngga nggak kok. Lagi ada perlu aja sama dia…”jwb Vino
“Owh,, kirain loe mau jadi orang ketiga antara hubungan Mura dan Sandy.” kata Andre yang membuat jantung Vino hampir copot karena saking kagetnya.
“Haaa,,, maksud loe Mura dan Sandy masih pacaran sampai saat ini….?” Tanya Vino.
“Ya iyalah. Mereka kan pasangan yang serasi banget dan nggak bisa dipisahin oleh siapa pun…” jwb Andre.
Vino terdiam. Ia nggak bisa berkata apa-apa lagi. Ia juga nggak tahu harus berbuat apa. Badannya sudah terasa kaku kepalanya seperti mau meledak. Dalam hati Vino berkata kalau Mura itu brengsek banget, ia nggak bisa ngertiin perasaannya dan dia juga udah bohongin dan khianatin kepercayaan Vino.
“Pantasan aja dia nggak mau kalau hubungan kami diketahui banyak orang. Ternyata,,, aghh……. gue harus minta penjelasan dari Mura sekarang. Gue harus tahu yang sebenarnya.” cetus Vino
Sepulang sekolah hari itu, Vino langsung tancap gas untuk bertemu dengan Mura di taman kota siang itu juga.
Dari kejauhan, Mura udah kelihatan sedang duduk di kursi taman dengan gelisah menunggu kedatangan Vino. Vino pun menghampirinya.
“Ehm, udah lama nunggu…??” sapa Vino hanya untuk sekedar basa-basi.
“Lumayan. Oh ya, loe bilang ada sesuatu yang mau loe tanyain ke gue. Memangnya apa…?” jwb Mura
“Hmm…. Gue nggak nyangka ternyata loe udah bohongin gue. Kamu masih pacaran kan dengan Sandy ? loe jahat tahu nggak……” kata Vino mulai kesal.
“Maafin gue, Vin. Gue memang belum putus dengan Sandy. Tapi gue punya alasan tersendiri kenapa gue masih pertahanin hubungan gue dengan Meli.” raut wajah Mura yang kelihatan sangat tulus membuat hati Vino membeku.
“Alasan apa…?” Tanya Vino seakan menyembunyikan perasaannya yang luluh melihat raut wajah Vino.
“Sebenarnya Sandy sedang sakit parah. Ia mengidap kanker otak dan divonis umurnya tidak akan lama lagi. Gue nggak tega mutusin Sandy di saat-saat terakhirnya menjalani hidup. Gue  ingin bahagiain dia sebelum ia pergi untuk selamanya, vin ..” jelas Mura
Vino hanya bisa terdiam membisu mendengar ucapan Mura. Ia nggak tahu mesti berbuat apa sekarang.
“Vin, gue sayang sama loe. Tapi untuk kali ini tolong ijinin gue ngebahagiain Sandy  untuk terakhir kalinya. Kita nggak perlu putus sekarang, loe hanya harus lebih bersabar dan mengerti aja.” kata Mura sambil memegang tangan Vino.
“Iya deh.” Vino hanya pasrah menjawab. Ia seperti telah terhipnotis oleh kata-kata dan belaian tangan Mura yang membuat hatinya bergetar. Apalagi senyuman dan tatapan Mura yang begitu tulus padanya. Ohh, itu yang membuat Vino nggak bisa jauh dari Mura, meski dunia terbagi dua, ataupun terbagi sepuluh sekalipun.
Setelah pertemuan itu, hubungan Mura dan Vino makin hancur. Mereka nggak lagi ketemuan, telfanan maupun BBMan. Vino merasa tertekan dengan keadaan ini. Berkali-kali ia mencoba menghubungi Mura, tetapi jawaban Mura hanya membuat goresan luka di hati Vino semakin dalam.
**
Satu minggu setelah pertemuannya dengan Mura ,cinta yang biasanya bangun dengan senyuman kecut tiba-tiba pagi itu ia mulai berubah.
“Vinoo,, Mama senang liat kamu nggak murung dan sedih lagi sekarang.” kata Mama Vino padanya saat sarapan pagi.
“Vino ingin bahagia, Ma. Vino nggak mau murung terus karena aku yakin kalau cinta aku akan datang, Ma. Oh ya, Vino berangkat dulu ya, Ma…” pamit Vino pada mamanya.
“Iya, sayang. Hati-hati di jalan dan jangan ngebut-ngebut ya…..!”jwb mama
“Iya, Ma….!” Vino berjalan keluar menuju garasi mobil namun baru bebarapa langkah ia berjalan, ia langsung berbalik dan berlari memeluk mamanya.
“Ma, Vino sayang Mama. Vino akan selalu ada buat Mama. Love You, Mom……..!” kata Vino seperti nggak sadar.
“Love you too…. Tapi tumben kamu bilang itu ke mama..”
“Hmm,,, lagi pengen bilang itu aja ke Mama sekarang. Udah ya, Ma…. Bye…..!!” Vino kemudian kembali ke garasi mobil. Ia langsung tancap gas menuju sekolah.
Di saat yang bersamaan, Mura juga berangkat ke sekolah. Namun setiba di sekolah, ia melihat keanehan yang membuat berbagai pertanyaan aneh di otaknya yang agak aneh juga. Lapangan yang biasanya ramai, sekarang sudah seperti kuburan yang tak dihuni. Semua siswa baik cewek maupun cowok terlihat sangat sedih dan bahkan ada yang histeris menangis nggak jelas seperti orang kesurupan dan semacamnya.
“Ada apa ini??? Kenapa semua siswa menjadi cengeng??? Apa yang terjadi sebenarnya???” tanya Mura dalam hati sambil berjalan menyusuri teras kelas yang sepi tak bernyawa, hingga akhirnya bertemu dengan icha dan farah.
“Andre, sebenarnya apa yang terjadi…?? Kenapa semua anak-anak menangis nggak jelas gitu….??”tnya Mura
“Hmm, Vino...” Andre memotong ucapannya membuat Mura semakin penasaran.
“Vino….?? Vino kenapa, ndre…..??” tubuh Mura terasa gemetar dan perasaannya mulai tidak tenang.
“Vino meninggal karena kecelakaan tadi pagi saat akan berangkat sekolah……..” Andre mulai menangis lagi membuat hati Mura makin teriris. Mura hanya diam membisu mendengar ucapan Andre. “Ra, ada sebuah catatan kecil yang aku dapat di laci meja Vino.. Mungkin ini ada hubungannya dengan loe …” Andre menyodorkan selembar kertas kecil yang berisi tulisan tangan Vino. Itu seperti selembar diary tetapi lebih pantas bila disebut sebagai catatan unek-unek. Dengan perasaan aneh, Mura membaca surat tersebut.
“Aku sangat mencintai dan menyayangi Mura. Gue nggak mau kehilangan Mura. Tapi kenapa sekarang Mura lebih perhatian sama Sandy dibanding dengan gue. Tuhan, seandainya gue diberikan penyakit yang parah bahkan lebih parah dari Sandy, mungkin dengan itu maka Mura akan lebih sayang dan perhatian sama gue. Tuhan, gue rela sakit parah bahkan lebih dari itu asalkan Mura kembali menyayangi gue, karena gue sangat mencintai Mura. Gue berjanji akan menjadi malaikat pelindungnya saat gue telah tiada nanti. Mura Love Vino,,”
Air mata Mura mulai jatuh membaca selembar surat itu. Ia tidak menyangka akan terjadi hal yang buruk pada Vino hanya karena dirinya. Ia menyesal sempat menyianyiakan cintanya yang tulus dan murni pada Mura.
“Vino, gue sayang loe, gue berjanji kalau loe akan selalu ada di hati gue meskipun kita ada di dunia berbeda. Gue yakin loe akan menjadi malaikat pelindung gue yang akan selalu ada disamping gue…. Love you Vino…”
Mura hanya bisa memandangi tulisan tangan Vino yang menggores hatinya hingga terasa sangat sakit. Sementara Vino hanya bisa melihat Mura dan menjawab kata-kata Vino “Love you too Mura ..” tanpa bisa menyentuh dan memeluknya dalam kehangatan romantis nan seram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar